Titrasi argentometri dengan cara
Volhard didasarkan atas pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat
dengan menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya ion tiosianat
berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung atau tidak langsung. Cara
titrasi langsung digunakan untuk menentukan kadar perak dan cara titrasi tidak
langsung digunakan untuk menentukan kadar klorida.
Cuplikan yang mengandung klorida
direaksikan dengan perak nitrat berlebih, selanjutnya kelebihan perak nitrat
dititrasi dengan larutan tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya. Titik
akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya warna merah dari kompleks
besi (III) tiosianat.
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang berwarna merah.
Dalam proses titrasi ini terjadi pengendapan bertingkat, yaitu pengendapan ion halida atau Cl- menjadi AgCl dan pengendapan garam AgSCN. Kedua garam tersebut dalam sistem larutan ada dalam kesetimbangan sehingga persamaan berikut dipenuhi.
B. Dasar
Teori
Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas
pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan ion
besi (III) untuk mengetahui adanya ion tiosianat berlebih. Cara ini digunakan
untuk titrasi langsung atau tidak langsung. Cara titrasi langsung digunakan
untuk menentukan kadar perak dan cara titrasi tidak langsung digunakan untuk
menentukan kadar klorida. Cuplikan yang mengandung klorida direaksikan dengan
perak nitrat berlebih, selanjutnya kelebihan perak nitrat dititrasi dengan
larutan tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi
dapat diketahui dengan terbentuknya warna merah dari
kompleks besi (III) tiosianat (Selamat, 2004).
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus
Volhard, ahli kimia dari Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam
larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam
suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN)
menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi
antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran menyebabkan
reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang
berwarna merah.
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak
nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan
konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida
(SCN-) dengan menggunakan indicator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks
yang berwarna merah.
Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + SCN-(aq) -> AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq) + SCN(aq) -> Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)
Titrasi dengan cara ini disebut sebagai titrasi balik atau titrasi kembali.
Mol analit diperoleh dari pegurangan mol perak mula-mula yang ditambahkan
dengan mol larutan standar tiosianat. Karena perbandingan mol dari reaksi
adalah 1:1 semua maka semua hasil diatas dapat langsung dikurangi.
Mol analit = mol Ag+ total – mol SCN
Aplikasi
dari argentometri dengan
metode Volhard ini adalah penentuan konsentrasi ion halide. Kondisi titrasi
denga metode Volhard harus dijaga dalam kondisi asam disebabkan jika laruran
analit bersifat basa maka akan terbentuk endapat Fe(OH)3. Jika kondisi analit
adalah basa atau netral maka sebaiknya titrasi dilakukan dengan metode Mohr atau fajans.
Konsentrasi
indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,karena titrant
bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga keduareaksi itu saling
mempengaruhi.
Penerapan
terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidaklangsung ion-ion
halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahuijumlahnya ditambahkan
sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengantitrasi kembali dengan
tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard
merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu
sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
Titrasi Pengendapan (Penentuan Klorida) - 2
Metoda ini didasarkan atas terbentuknya endapan berwarna, setelah
pengendapan sempurna ion yang sedang ditentukan. misalnya saja untuk titrasi
ion klorida, ke dalam larutan ditambahkan sedikit ion kromat, yang mampu
membentuk endapan merah coklat dengan ion perak (I) berlebih. dengan mengamati
hasil kali kelarutan perak (I) kromat dan ion perak (I) klorida, dapat
diketahui bahwa perak (I) kromat sedikit lebih besar dibandingkan kelarutan
perak (I) klorida. dengan demikian jika pada larutan campuran ion klorida dan
ion kromat, seperti di atas, ditambahkan larutan perak (I) nitrat, perak (I)
klorida akan mengendap terlebih dahulu.
titarsi ini akan berlangsung baik, jika pH larutan diatur antara 6,5 - 9,0. dalam larutan asam dapat terjadi perubahan kromat menjadi dikromat, sedangkan dalam larutan terlalu basa dapat terjadi pengendapan dari perak (I) oksida.
METODA VOLHARD
metoda ini digunakan jika larutan perak (I) nitrat dititrasi menggunakan larutan penetrasi tiosianat. endapan yang terbentuk. endapan yang terbentuk adalah endapan perak (I) tiosianat yang berwarna putih. kelebihan ion tiosianat dideteksi memakai indikator besi (III), mengahsilkan komplek Fe(SCN)2+ yang berwarna merah. titrasi ini dapat dilakukan dlam suasana asam kuat. metoda ini dapat dipakai untuk menentukan kadar ion halida. pada larutan ion halida, ditambahkan mula-mula jumlah tertentu perak (I) nitrat, selanjutnya kelebihan ion perak (I) nitrat dititrasi kembali memakai larutan tiosianat dan indikator besi(III). jika metoda ini diterapkan terhadap ion klorida, harus diketahui bahwa kelarutan perak (I) klorida sedikit lebih besar dari kelarutan perak (I) tiosianat. ini berarti bahwa endapan perak (I) klorida harus dipisahkan atau dilindungi agar tidak bereaksi dengan ion tiosianat. biasanya dilakukan cara yang kedua yaitu endapan perak (I) klorida dilapisi dengan nitrobenzen sebelum dititrasi dengan larutan tiosianat.
titarsi ini akan berlangsung baik, jika pH larutan diatur antara 6,5 - 9,0. dalam larutan asam dapat terjadi perubahan kromat menjadi dikromat, sedangkan dalam larutan terlalu basa dapat terjadi pengendapan dari perak (I) oksida.
METODA VOLHARD
metoda ini digunakan jika larutan perak (I) nitrat dititrasi menggunakan larutan penetrasi tiosianat. endapan yang terbentuk. endapan yang terbentuk adalah endapan perak (I) tiosianat yang berwarna putih. kelebihan ion tiosianat dideteksi memakai indikator besi (III), mengahsilkan komplek Fe(SCN)2+ yang berwarna merah. titrasi ini dapat dilakukan dlam suasana asam kuat. metoda ini dapat dipakai untuk menentukan kadar ion halida. pada larutan ion halida, ditambahkan mula-mula jumlah tertentu perak (I) nitrat, selanjutnya kelebihan ion perak (I) nitrat dititrasi kembali memakai larutan tiosianat dan indikator besi(III). jika metoda ini diterapkan terhadap ion klorida, harus diketahui bahwa kelarutan perak (I) klorida sedikit lebih besar dari kelarutan perak (I) tiosianat. ini berarti bahwa endapan perak (I) klorida harus dipisahkan atau dilindungi agar tidak bereaksi dengan ion tiosianat. biasanya dilakukan cara yang kedua yaitu endapan perak (I) klorida dilapisi dengan nitrobenzen sebelum dititrasi dengan larutan tiosianat.
Larutan baku sekunder yang digunakan adalah AgNO3,
karena AgNO3 merupakan satu-satunya senyawa perak yang bisa
terlarut dalam air. Produk yang dihasilkan dari titrasi ini adalah endapan yang
berwarna.
Dasar titrasi argentometri
adalah yang pembentukkan endapan tidak mudah larut antara titran dengan analit.
Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ionAg+
dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak
mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) ->
AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah
semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengani ndicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat dimana
dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan
sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai
adalah tiosianidat dan indikator adsorbsi.Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga
dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik
ekuivalen.Ketajaman titik
ekuivalen tergantung dari kelarutan
endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant.
II. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGENDAPAN
1.
Temperatur
Kelarutan semakin
meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan
endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
2.
Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah
larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam
asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan
untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas
yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda
memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3.
Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan
berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis
dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi
kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita
melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat
ion sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan
terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode
gravimetri.
4.
Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam
yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan
karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan
semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I-
membentuk HI.
5.
Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah
dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal
ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini
akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6.
Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak
mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks antara
ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik kelarutannya
jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya
kompleks Ag(NH3)2Cl.
Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN
atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai indikator.
Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag,
membentuk endapan putih.
Ag+(aq) +
SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)
Sedikit kelebihan titrant kemudian
bereaksi dengan indikator, membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya
(merah)
SCN-(aq) +
Fe3+(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
Yang larut dan mewarnai larutan
yang semula tidak berwarna.
Karena titrantny SCN- dan
reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi
langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ dan SCN- sedang
untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan
Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu
dititrasi untuk menentukan kelebihan Ag+. Maka titrant selain
bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi pula dengan
endapan AgX:
Ag+(aq) (berlebih)
+ X- (aq) ↔ AgX(s) ↓
Ag+(aq) (kelebihan)
+ SCN- (aq) (titrant) ↔ AgSCN(s) ↓
SCN-(aq) +
AgX (s) ↔ X-(aq) + AgSCN(aq) ↓
Bila hal ini terjadi, tentu saja
terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga titik akhirnya melemah (warna
berkurang).
Konsentrasi indikator dalam
titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan
titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard
ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida: perak nitrat
standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai
contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan
tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard
merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam.
hilih
BalasHapusOkay Sip 👌 👌
BalasHapusGood
BalasHapus